Logical Fallacy

Debat adalah hal yang lumrah dalam perbincangan harian. Tapi pernahkah kalian sadari ada beberapa sesat pikir, kesalahan logika atau logical fallacy yang tidak boleh dilakukan. Selain tidak fair, logical fallacy dirasa sebagai kedangkalan proses berpikir.

Berpikir sejatinya memang harus dilatih. Kesalahan adalah keharusan agar menjadi lebih baik. Perbaikan mutlak dilakukan agar tendensi menjadi manusia berakal dan beradab sekaligus bisa disandangnya. Karena kebijaksanaan perlu dilatih, bukan?

Beberapa logical fallacy bahkan terkesan dekat dengan sikap kita saat ini. Maka sudah saatnya merubah pola pikir kita menjadi terbuka dan menerima saran. Logical fallacy yang harus dirubah dan dihindari diantaranya sebagai berikut.

1. Ad Hominem

Ad hominem adalah bentuk cacat logika dengan menyerang personal orang yang memberi sintesis. Kesalahan fatal dalam berlogika ini akan membuatnya dirasa arogan, egois dan sombong.

Misalnya,

“jurnal kamu jelek sekali, tidak berkualitas, dan perlu ada penambahan di bagian kesimpulan”.

“Untuk apa kritik, kamu aja ga pernah bikin jurnal”.

Ini kesalahan fatal karena membantah sintesisnya dengan menghadirkan antisistesis berupa bullying pada diri pemberi sintesis.

Kalimat yang tepat untuk dilakukan adalah membantah saran tersebut jika dirasa tidak setuju. Dengan memberikan pembelaan atas karya yang kita buat.

2. Overgeneralization

“Semua laki-laki sama aja brengsek”

Bentuk logical fallacy yang sering kita temui sehari-hari. Cacat pikir ini disebabkan menggeneralisir beberapa kondisi kecil kedalam kondisi super besar.

Sintesis berpikirnya salah karena hanya melibatkan beberapa sampel yang membuatnya tersakiti dan menariknya secara garis lurus.

3. Circular Agreement

Alasan yang berputar.

Sesat pikir satu ini terjadi karena kurangnya pemahaman dan bisajadi mengindikasikan kebohongan yang dilakukan.

Misal dalam percakapan A & B berikut:

A: Bumi itu datar.

B: Bagaimana bisa?

A: Karena dari awal sudah datar.

B: Sejak kapan?

A: Sejak itu disebutkan dalam buku bacaan saya.

Ini menandakan cacat logika karena alasannya berputar dalam skema pembelaan frase yang sama.

4. Straw man Fallacy

Straw man fallacy = Manusia sawah

Menghadirkan orang-orangan sawah sebagai target kritik dalam perdebatan adalah tindakan konyol. Proses menghadirkan straw man ini dilakukan dengan mengambil sedikit argumen lawan bicara dan membuat generalisir salah untuk menjatuhkan lawan.

Misal:

A: Saya akan mengurangi anggaran pendidikan dan dialihkan kepada infrastruktur

B: Sungguh disayangkan karena A membuat pendidikan tidak mengalami kemajuan dan mematikan karakter pendidikan.

Kalimatnya antisintesisnya jelas salah, karena yang dikatakan mengurangi, bukan meniadakan.

5. False Dilemma

Dilemma artinya kebingungan memilih karena pengkotakkan kondisi hanya pada 2 kondisi. Jika 3 kondisi dikenal dengan trilemma.

False dilemma hadir karena sifat yang arrogan terhadap apa yang didukungnya. Ini banyak terjadi pada pendukung setia calon atau sosok tertentu, sehingga bentuk ketidaksetujuan terhadap sosok tertentu akan di cap sebagai pembencinya.

False dilemma hanya mengotakkan semua orang hanya pada suka dan benci. Misal, Hanya ada pro pemerintah dan kontra pemerintah. Yang padahal bentuk kritik tidak selamanya kontra dan memuji bukan berarti pro.

5 cacat pikir tersebut merupakan kesalahan yang sering dihadapi dalam sehari-hari. Alih-alih memikirkan kesalahan orang lain, kita pasti pernah melakukannya. Perbaikan harus dilakukan, selain merugikan diri sendiri karena menjadi arogan, juga merugikan orang lain karena merasa tersinggung dan tidak nyaman.

Menghindari cacat pikir juga dilakukan agar toleransi kita semakin luas dan mampu menerima semua opini dari tiap kepala dengan kepala dingin.